Lebih Pandir Dari Keledai

Bismilillahirrahmanirrahim,

قال ابن القيم رحمه الله :
من هداية الحمار -الذي هو ابلد الحيوانات – أن الرجل يسير به ويأتي به الى منزله من البعد في ليلة مظلمة فيعرف المنزل فإذا خلى جاء اليه ، ويفرق بين الصوت الذي يستوقف به والصوت الذي يحث به على السير فمن لم يعرف الطريق الى منزله – وهو الجنـــة – فهو أبلد من الحمار

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Salah satu kelebihan keledai – padahal ia adalah hewan paling pandir – bahwasanya seseorang berjalan membawanya kerumahnya dari tempat yang jauh dalam kegelapan malam, maka keledai itu bisa mengenal rumah tersebut. Apabila dilepaskan (dalam kegelapan) dia bisa pulang kerumah tersebut, serta mampu membedakan antara suara yang memerintahkannya berhenti dan yang memerintahkan berjalan. Maka barangsiapa yang tidak mengenal jalan kerumahnya – yaitu surga – dia lebih pandir dari pada keledai”. (Syifaul ‘Aliil : 1/74)

sumber

Kategori:Nasehat

Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Perempuan Tua

Bismilillahirrahmanirrahim

Dikisahkan oleh ibnul qoyyim al-Jauziyah bahwa saat Abu Bakar ra. menjabat sebagai khalifah, beliau biasa mendatangi salah seorang warganya di luar kota Madinah. Orang itu adalah perempuan tua miskin, janda dan buta. Abu Bakar menyapu rumahnya, memasak makanan untuknya dan memerahkan susu kambingnya.
Suatu hari Umar bin Khattab ra. mengikuti dari belakang. Setelah Abu Bakar pergi dari rumah perempuan tua itu, Umar masuk dan bertanya, “Siapakah engkau?” Perempuan itu menjawab, “Aku hanyalah wanita tua yang malang dan menderita. Suamiku telah lama tiada dan tiada yang menghidupi saya setelah Allah kecuali orang yang baru keluar tadi.” Umar bertanya lagi, “Kamu mengenalnya?” Perempuan itu menjawab, “Tidak. Demi Allah aku tidak mengenalnya.””Lalu apa yang dia lakukan?”, Umar bertanya lagi. “Menyapu rumah, menolong memerahkan susu kambing dan membuatkan makanan.”, jawab si perempuan tua itu. Mendengar itu Umar pun terduduk dan menangis. (dikutip dari Aidh al-Qarni, If We Die : Saat Maut Menjemput [Wa Jaa’at Sakaratul Maut bil Haqq], hlm. 18-19).

Kategori:Shahabat

Perhatian Rasulullah dan Shahabat Terhadap Shalat Tahajjud

Bismillahirrahmanirrahim,

Abu Daud dan ibnu Khuzaimah mentakhrij dari Abul Qais, dia berkata, “Aisyah r.ha berkata,”Janganlah Kau tinggalkan shalat malam, karena Rasulullah saw. juga tidak pernah meninggalkannya. Jika sedang sakit atau malas, maka beliau mengerjakannya dengan duduk.”
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 1/401.

Abu Nu’aim mentakhrij di dalam Hilyah, 1/303, dengan sanad yang jayyid, seperti yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 2/346, dari Nafi’, dari Ibnu Umar ra., bahwa tatkala mendirikan shalat malam, dia bertanya, “Wahai Nafi’, apakah sekarang sudah masuk waktu sahur?”
“Belum,” jawab Nafi’.
Maka Ibnu Umar shalat lagi. Tak lama kemudian dia bertanya lagi, “Wahai Nafi’, apakah sudah masuk waktu sahur?”
“Sudah,”jawabnya. Maka dia duduk saja, membaca istighfar hingga pagi hari.
Ath-Thabrany mentakhrij yang serupa dengan ini, dan rijalnya shahih selain Asad bin Musa, yang tsiqat.

Kategori:Nasehat

Tangisan Abdullah bin Amr dan Abu Hurairah

Bismillahirrahmanirrahim,

Abu Nu’aim mentakhrij di dalam Al-hilyah, 1/290, dari Ya’la bin Atha’ dari ibunya, bahwa dia biasa membuatkan celak bagi Abdullah bin Amr, karena dia terlalu sering menangis. Terkadang dia menutup pintu rumahnya lalu banyak menangis di dalam rumah hingga kedua matanya menjadi merah. Karena itu ibunya membuatkan celak untuk menutup keadaan matanya itu.

Ibnu Sa’d mentakhrij, 4/62, dari Muslim bin Bisyr, dia berkata, “Ada seorang bertanya kepada Abu Hurairah, saat dia sakit, “Wahai Abu Hurairah, mengapa engkau menangis?”
Abu Hurairah menjawab, “Aku bukannya menangisi dunia kalian ini, tapi aku menangis karena mengingat perjalananku yang masih jauh, sementara bekalnya hanya sedikit. Terkadang aku naik dan kadang turun di atas surga dan neraka, dan aku tidak tahu kemana aku akan menuju, ke surga ataukah ke neraka.”

Kategori:Shahabat

Amalan Penduduk Surga di Dunia

September 11, 2009 Tinggalkan komentar

Bismillahirrahmanirrahim

Tujuan tertinggi dari setiap muslim dalam meniti hidup dan kehidupannya adalah meraih kemenangan besar di akhirat kelak dengan mendapatkan surga Allah yang penuh dengan kenikmatan tiada tara dan terselamatkan dari siksa neraka yang sangat pedih. Kemenangan besar yang sangat ditentukan dengan kadar keta`atan seorang hamba kepada Allah  dan rasul-Nya. Firman Allah :

”Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. 33:71)

”Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung.” (QS. 3:185) Baca selengkapnya…

Kategori:Tentang Surga

Masuk Surga Tanpa Hisab

September 1, 2009 Tinggalkan komentar

Bismillahirrahmanirrahim

Penulis: Nurdin Abu Yazid

Orang yang masuk surga ada 3 macam, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab (dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan masuk surga setelah diadzab terlebih dahulu di neraka. Tentunya semua orang akan mengidam-idamkan masuk surga tanpa harus masuk neraka. Tapi bagaimana caranya? Mungkin ini adalah pertanyaan yang terlintas di benak setiap orang secara spontan begitu membaca judul ini.

Sempurnakan Tauhid !

Agar masuk surga tanpa hisab, syarat yang harus dipenuhi adalah membersihkan tauhid dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif (lurus). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb).” (An Nahl: 120). Dalam ayat ini, Alloh memuji nabi Ibrohim dengan menyebutkan empat sifat, yang apabila keempat sifat ini ada pada diri seorang insan, maka ia berhak mendapatkan balasan yang tertinggi, yaitu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Baca selengkapnya…

Kategori:Tentang Surga

Ciri-Ciri Penduduk Surga

Bismillahirrahmanirrahim

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Berikut ini adalah sebagian ciri-ciri dan karakter orang-orang yang dijanjikan oleh Allah mendapatkan surga beserta segala kenikmatan yang ada di dalamnya, yang sama sekali belum pernah terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga, dan belum terlintas dalam benak manusia. Semoga Allah menjadikan kita termasuk di antara penduduk surga-Nya.

1. Beriman dan beramal salih

Allah ta’ala berfirman,

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)

Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,

وأنَّ الإيمانَ قَولٌ باللِّسانِ، وإخلاَصٌ بالقلب، وعَمَلٌ بالجوارِح، يَزيد بزيادَة الأعمالِ، ويَنقُصُ بنَقْصِها، فيكون فيها النَّقصُ وبها الزِّيادَة، ولا يَكْمُلُ قَولُ الإيمانِ إلاَّ بالعمل، ولا قَولٌ وعَمَلٌ إلاَّ بنِيَّة، ولا قولٌ وعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلاَّ بمُوَافَقَة السُّنَّة.

“Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal dengan anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan berkurang dengan berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami pengurangan dan ia juga merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak sempurna ucapan iman apabila tidak disertai dengan amal. Ucapan dan amal juga tidak sempurna apabila tidak dilandasi oleh niat -yang benar-. Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak sempurna kecuali apabila sesuai dengan as-Sunnah/tuntunan.” (Qathfu al-Jani ad-Dani karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, hal. 47) Baca selengkapnya…

Kategori:Tentang Surga

Laa Ilaaha Illallah Adalah Kunci Surga

Bismillahirrahmanirrahim

Ibarat sebuah pintu, surga menbutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah kita apa kunci surga itu ? Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Tetapi kita tak perlu gelisah, Nabi Muhammad Shålallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan pada umatnya apa kunci surga itu, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia, beliau bersabda (yang artinya): “Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallåh dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga. “ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih).

Ternyata, kunci surga itu adalah Laa ilaahaa illallåh, kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah pintu surga kita buka ? Bukankah banyak orang yang siang malam mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallåh, tetapi mereka masih meminta-minta (berdo’a dan beribadah) kepada selain Allah, percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya ? Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga ? Tidak mungkin ! Baca selengkapnya…

Kategori:Tentang Surga

Surga Sebagai Tempat Tujuan

Bismillahirrahmanirrahim

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya;

Abu Bakr bin Ishaq menuturkan kepada saya. Dia berkata; ‘Affan  menuturkan  kepada kami. Dia berkata; Wuhaib menuturkan kepada kami. Yahya bin Sa’id menuturkan kepada kami, dari Abu Zur’ah, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, “Ada seorang arab Badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang apabila aku lakukan maka aku akan masuk surga.” Maka beliau menjawab, “Yaitu kamu beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun, kamu dirikan shalat wajib, kamu tunaikan zakat yang harus dikeluarkan, dan kamu berpuasa Ramadhan.” Dia berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Aku tidak akan menambah apa pun atas kewajiban ini selamanya, dan aku juga tidak akan menguranginya.” Ketika dia berpaling, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barangsiapa yang ingin melihat seorang lelaki di antara penduduk surga, maka lihatlah orang ini tadi.” (HR. Muslim [14] Syarh Nawawi, 2/14)

Hikmah:

Barangsiapa yang menginginkan Surga hendaknya mencari tahu bagaimana meraihnya, seperti yang telah dicontohkan oleh seorang Arab badui pada hadist tersebut. wallahua’lam

Kategori:Tentang Surga

Pegangan Para Salaf Dalam Menghadapi Kekhawatiran dan Harapan

Bismillahirrahmanirrahim

Siapa saja yang mengharapkan sesuatu, maka diisyaratkan adanya tiga hal:
Pertama : Menyukai apa yang diharapkan.
Kedua : Khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan.
Ketiga : Berusaha keras untuk mendapatkannya.

Harapan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu disebut angan-angan. Harapan berbeda dengan angan-angan. Setiap orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Seorang yang berjalan di jalan raya bila merasa khawatir, ia akan mempercepat jalannya, takut kehilangan sesuatu.

Dalam Jami’nya, Tirmidzi mengutip hadis dari riwayat Abi Hurairah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. bersabda:

“Siapa yang merasa takut (khawatir), ia berangkat di waktu malam. Siapa yang berangkat pasti sampai ke rumah. Sungguh dagangan Allah itu mahal. Dagangan Allah itu adalah surga.Baca selengkapnya…

Kategori:Nasehat